Senin, 21 Juni 2010

TUGAS METODOLOGI PEMBELAJARAN


CASE STUDY

A.   Pengalaman Kekerasan dalam Proses Pembelajaran

Pada tahun 2002 saya sedang memasuki sekolah menengah pertama (SMP), awalnya saya sangat senang sekali menjalani pelajaran yang diberikan oleh guru yang mengajar disekolah tersebut, semua guru mengajarkan secara efektif dan efesien dan selalu menyayangi dan memperhatikan siswanya.
Akan tetapi khususnya guru yang mengajarkan matematika pada saat itu metode yang diterapkan sangat tidak sebanding dengan guru-guru yang lain, dimana dalam mengajar guru tersebut bermuka cemberut dan tidak ada sama sekali sifat humorisnya, ketika pembahasan materi khususnya saya sangat tegang dalam menerimanya, sehingga agak sulit memahami materi tersebut.
Pada suatu saat setelah menjelaskan materi siswa diberikan soal kepada guru tersebut dan dia mengatakan “barangsiapa yang salah dalam menjawab soal akan diberikan hukuman”, dalam suasana ketakutan itu siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru tersebut.
Soalpun mulai dikerjakan dan sungguh  menyedihkan jawaban yang saya buat ternyata salah semua, saya dibilang anak bodoh, malas belajar dan bisanya cuma bermain-main dalam mengikuti pelajarannya.
Saya dan teman-teman yang salah dalam menjawab soal disuruh maju untuk menerima hukuman, penggaris sudah dipegang erat olah guru, satu persatu dipukul sampai betis memerah, sampailah pada giliran saya, akan tetapi penggaris yang dipakai menghukum pada saat itu patah. Guru tersebut mengambil penggaris yang baru untuk menghukum saya sampai penggaris tersebut patah menjadi dua.

Alangkah menyedihkannya pengalaman yang saya alami disekolah menengah pertama tersebut.
Setelah lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) saya melanjutkan kesekolah madarasah aliyah (MA) yang berada di Bagu Lombok Tengah.
Sayapuun menyesuaikan lingkungan sekolah tersebut, ketika saya kelas 1 (satu) aliyah, saya disenangi oleh guru-guru yang perempuan dikarenakan saya selalu mengerjakan soal yang diberikan dengan baik.
Akhir dari semester genap sayapun mendapatkan nilai yang baik, sehingga guru yang mengajar saya merasa senang sekali dengan prestasi yang saya dapatkan. Alangkah bahagianya pada masa kelas satu tersebut.
Naiklah saya kekelas 2 (dua) aliyah, pelajaranpun semakin padat dan guru yang menyayangi saya dulu diganti oleh guru yang lain, akan tetapi saya juga senang menemukan guru baru. Saya mulai mencari perhatian kepada mereka agar diberlakukan seperti dulu.
Mulailah saya menerima pelajaran dengan salah satu guru yang mengajar al-qur’an hadits, dengan wajah yang menakutkan dan sikap yang selalu menyalahkan siswa, sayapun merasa ketakutan dulu hinggap lagi kekepribadian saya.
Disela-sela penjelasan materi al-qur’an hadits ada teman yang mengejek dengan kata-kata yang kotor dan sayapun membalasnya, pada saat itu guru tersebut mendengar kata-kata saya dan langsung guru tersebut menyalahkan dan memukul bibir saya sampai keluar darah, sehingga saya terpaksa dirawat dipuskesmas.
Saya berfikir mudah-mudahan hukuman yang saya alami selama ini tidak terjadi kepada teman-teman yang lain.

B.   Analisis Kritis
Dari kekerasan tersebut diatas dampak yang akan muncul adalah akan melahirkan pesimisme dan apatisme dalam sebuah generasi. Selain itu terjadi proses ketakutan dalam diri anak untuk menciptakan ide-ide yang inovatif dan inventif. Kepincangan psikologis ini dapat dilihat pada anak-anak sekolah saat ini yang cenderung pasif dan takut berbicara dimuka kelas, bolos ketika guru galak mengajar. Sedangkan anak yang sering diberi hukuman fisik akan mengalami gangguan psikologis dan akan berperilaku lebih banyak diam dan selalu menyendiri selain itu terkadang melakukan kekerasan yang sama terhadap teman main, kekerasan terhadap adik kelas, terjadi senioritas dan kekerasan lain dalam dunia pendidikan.
Adapun kekerasan yang terjadi pada siswa di sekolah dapat mengakibatkan berbagai dampak fisik dan psikis, yaitu:

C.   Problem Solving (Cara Penyelesaian)
Ada beberapa carauntuk menyelesaikankekerasan pada siswa di sekolah diantaranyan adalah :
1.   dengan menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah
2.   Mendorong/mengembangkan humaniasi pendidikan denga menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran, membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus dan suasana belajar yang meriah,gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, menjadi suatu kekuatan yang integral.
3.   Konseling.Bukan siswa saja membutuhkan konseling, tapi juga guru. Sebab guru juga mengalami masa sulit yang membutuhkan dukungan, penguatan, atau bimbingan untuk menemukan jalan keluar yang terbaik.
4.   Segera memberikan pertolongan bagi siapa pun juga yang mengalami tindakan kekerasan di sekolah,dan menindak lanjuti serta mencari solusi alternatif yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar