Kamis, 06 September 2012

Laporan PAR


BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN
A.    Latar Belatar
Pulau Lombok merupakan salah satu pulau yang memiliki budaya, adat istiadat dan kemasyarakatan yang beragam. Keberagaman tersebut menjadikan nilai jual yang sangat mahal dikala adanya oknum-oknum yang ingin merebut budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Salah satu desa yang termasuk wilayah lombok adalah Desa Sukarara yang terletak di Kecamatan Jonggat Kabupten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Letak geografis Desa Sukarara ini yaitu Sebelah utara berbatasan dengan Desa Puyung Nyerot, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Batujai, Sebelah timur berbatasan Desa Puyung dan Sebelah barat bebatasan dengan Desa Labulia. Ungga. Mata pencaharian penduduknya mayoritas sebagai petani, namun ada juga yang sebagai peternak, PNS, pengrajin tenun dan lain sebagainya.
Adapun untuk jarak antara Desa Sukara ke ibu kota kecamatan dengan jarak tempuh 7 km, apabila menempuhnya dengan menggunakan kendaraan beromotor selama 10 menit perjalanan, sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten yaitu 7 km dan jarak ke ibu kota provinsi kurang lebih 21 km dengan perjalanan menggunakan kendaraan bermotor selama 30 menit.

Desa Sukarara ini terdapat 10 dusun yang rata-rata masyarakatnya merupakan asli masyarakat Desa Sukarara tersebut, sehingga kerjasama antar dusun-dusun sangat erat sekali. Ini terlihat dari tiap-tiap dusun mempunyai masjid, sekolah masing-masing dan jika kita menelusuri tiap-tiap dusun akan menemukan para ibu-ibu serta anak-anaknya sedang menenun, pekerjaan tersebut merupakan peninggalan nenek moyang mereka untuk melestarikan dan mengembangkan dengan cara mengajarkan kepada keturunannya sehingga pantas di desa ini dikenal dengan desa pengrajin tenun.



Keadaan penduduk Desa Sukarara yaitu dengan jumlah penduduk laki-laki 4732 orang, Jumlah perempuan 4963 orang, Jumlah kepala keluarga 3083 KK dan Kepadatan pendudukan            11284 per km. adapun dalam hal data pendidikan masyarakatnya adalah belum masuk TK sebanyak 119 orang, sudah masuk TK sebanyak 154 orang, sedang sekolah sebanyak 1691 orang, tidak pernah sekolah sebanyak 1334 orang, pernah SD namun tidak tamat sebanyak 380 orang, tamat SD/sederajat sebanyak 1439 orang, Tidak tamat SLTP sebanyak 353 orang, tidak tamat SLTA sebanyak 369 orang, tamat SMP sebanyak 506 orang, tamat SLTA sebanyak 125 orang, tamat D-1 sebanyak 24 orang, tamat D-2 24 orang, tamat D-3 sebanyak 20 orang, tamat S-1 sebanyak 125 orang dan tamat S-2 sebanyak 5 orang.

Dari 10 dusun diatas kami telah mengadakan survey lokasi hanya 3 dusun saja, yaitu Dusun Buncalang, Dusun Blong Daye dan Dusun Ketangge/ Jontlak.

Di Dusun Buncalang ini terdiri dari 3.35 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun, peternak sapi dan peternak ayam.

Di Dusun Belong Daye ini terdiri dari 3.75 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun. Adapun mengenai keamanan, cukup aman, namun belum adanya siskamling untuk mengoprasikan para penjaga keamanan.
Di Dusun Ketangge/Jontlak ini terdiri dari 2.27 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun, peternak sapi kambing dan peternak ayam.
Mengenai Keadaan Desa Sukarara dalam hal sosial terdapat Posyandu PNPM yang berdiri pada tahun 2008 dan sampai saat ini masih berjalan dengan lancar dengan anggota 50 orang, dalam hal ini Pisyandu PNPM Menaungi 3 Bidang yaitu : Bidang hukum, Bidang Pendidikan dan Bidang Politik. Kesemua bidang tersebut diajarkan kepada semua anggotanya, dalam bidang hukum para anggota dibantu dalam hal pembuatan Akte Nikah, Surat Cerai dll. Dibidang pendidikan, para anggota diajarkan membaca dan menulis, sekaligus bidang ini sebagai tempat pengajaran buta aksara. Begitu pula dalam bidang politik, semua anggota diajarkan bagaimana cara memenage dan ikut serta dalam masyarakat sukarara.
Begitu juga mengenai Organisasi Kepemudaan di Desa Sukarara, menurut imformasi dari tokoh pemuda, bahwa sudah ada Karang Taruna, namun sejak Tahun 2004 Organisasi kepemudaan sudah bisa dibilang tidak aktif lagi.
Adapun mengenai pendidikan Desa Sukarara memiliki 13 pendidikan formal yang berstatus Negri maupun Swasta, bahkan sudah ada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah.

Dan dari segi keagamaan terdapat sekolah non formal yang biasa disebut dengan diniyah yang memiliki 8 pengajar dan 120 santri, begitu juga mengena TPQ sudah berjalan lancar dengan dibimbing oleh seorang ustad di tiap-tiap dusun yang berada disukarara. Kegiatan keagamaannya pun berjalan lancar seperti serakalan satu kali dalam satu minggu, penajian umum satu kali dalam satu bulan dan pengajian subuh yang dilaksanakan setiao selesai shalat subuh.















B.     Tujuan Program

1.      Tujuan Umum

a.       Membentuk sarjana muslim yang berakhlak mulia, berilmu yang cukup serta mempunyai kesadaran bertanggung jawab atas kesejahteraan umat serta masyarakat dan masa depan bangsa dan negara.
b.      Mempersiapkan calon sarjana yang lebih menghayati permasalahan yang dihadapi masyarakat.
c.       Untuk lebih mendekatkan IAIQH Bagu pada masyarakat.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mengembangkan pemikiran serta penalaran mahasiswa dalam rangka menelaah dan memecahkan problem di dalam masyarakat secara lintas sektoral.
b.      Meletakkan agama sebagai penggerak dan pendorong kegiatan masyarakat sehingga setiap aktivitas merupakan amal ibadah.

C.     Sasaran dan Target PAR

                                    1.      Mahasiswa

a.       Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang cara berpikir inter displiner.
b.      Kegiatan hasil pendidikannya bagi pembangunan.
c.       Kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam kehidupannya.
d.      Mendewasakan alam pikiran mahasiswa untuk memecahkan setiap permasalahan yang muncul di masyarakat.
e.       Memberikan bekal kepada mahasiswa untuk melaksanakan program-program pembangunan.
f.       Membina mahasiswa untuk menjadi seorang pembaharu, pemecah masalah, dan pembibing keagamaan.

                                    2.      Masyarakat Desa Sukarara

a.       Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran untuk merencanakan serta melaksanakan pembangunan.
b.      Cara berpikir, bersikap dan bertindak dari masyarakat akan lebih meningkat.

                                    3.      IAIQH Bagu

a.       Adanya umpan balik sebagai hasil integrasi mahasiswa dan masyarakat sehingga IAIQH akan lebih mantap dalam pengisian ilmu kepada mahasiswa dan kurikulumnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
b.      Para dosen memperoleh berbagai kasus yang dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan.
c.       Mempererat dan menguatkan kerja sama antara IAIQH dengan instansi, jawatan atau departemen lainnya dalam pelaksanaan pembangunan.















BAGIAN KEDUA
REVIEW LITERATUR
A.    Bidang Sosial

Di Desa Sukarara terdapat 10 dusun, namun yang kami telusuri hanya 3 dusun yaitu :
1.      Dusun Buncalang

Didusun ini terdiri dari 3.35 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun, peternak sapi dan peternak ayam.

2.      Dusun Blong Daye

Didusun ini terdiri dari 3.75 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun.
Adapun mengenai keamanan, cukup aman, namun belum adanya siskamling untuk mengoprasikan para penjaga keamanan.

3.      Dusun Ketangge/ Jontlak

Didusun ini terdiri dari 2.27 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun, peternak sapi kambing dan peternak ayam.
Mengenai Keadaan Desa Sukarara terdapat Posyandu PNPM yang berdiri pada tahun 2008 dan sampai saat ini masih berjalan dengan lancar dengan anggota 50 orang, dalam hal ini Posyandu PNPM Menaungi 3 Bidang yaitu :



a.       Bidang hukum
b.      Bidang Pendidikan dan
c.       Bidang Politik

Kesemua bidang tersebut diajarkan kepada semua anggotanya. Adapun dalam bidang hukum para anggota dibantu dalam hal pembuatan Akte Nikah, Surat Cerai dll. Dibidang pendidikan, para anggota diajarkan membaca dan menulis, sekaligus bidang ini sebagai tempat pengajaran buta aksara. Begitu pula dalam bidang politik, semua anggota diajarkan bagaimana cara memenage dan ikut serta dalam masyarakat sukarara.

Begitu juga mengenai Organisasi Kepemudaan di Desa Sukarara, menurut imformasi dari tokoh pemuda, bahwa sudah ada Karang Taruna, namun sejak Tahun 2004 Organisasi kepemudaan sudah bisa dibilang tidak aktif lagi.
B.     Bidang Pendidikan

Dalam hal pendidikan Desa Sukarara memiliki 13 sekolah yang diantaranya :

1.      Sekolah Tinggi Islam Tarbiyah (STIT) ANGKA SATU

Desa Sukarare kecamatan jonggat terdapat STIT ANGKA SATU yang bersamaan tempatnya dengan SMA ANGKA SATU, kami secara tidak langsung disuruh juga mengadakan penelitian sebagai acuan untuk membantu dalam kegiatan perkuliahan tersebut.

Seperti kita ketahui STIT merupakan basis perkuliahan guna mencetak sarjana yang mendalami ajaran agama islam dan sebagai pelajut perjuangan baik di bidang pengembangan ilmu pengetahuan maupun kemasyarakatan, Nusa dan Bangsa.

Dengan kedatangan kami di STIT tersebut para pengurus memberikan penghormatan yang luar biasa, bahkan mereka mengharapkan kami agar besoknya dapat mengisi dalam perkuliahan tersebut.

2.      SMA ANGKA SATU Desa Sukarara

Para guru di SMA ANGKA SATU masih kurangnya guru linier dalam mendidik se suai dengan bahan ajarnya. Sehingga yang terjadi para peserta didik kurang mampu menyerap pelajaran yang diajarakan oleh guru tersebut. Namun walaupun keadaannya seperti itu output lulusan sekolah tersebut sangat bangus sekali ini terbukti dengan kreatifitas dan kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Mengenai kalkulasi pelajaran antara bidang agama dengan umum di SMA ANGKA SATU yang lebih mendominasi adalah mata pelajaran umum dibandingkan dengan mata pelajaran agama. Sehingga yang lebih menonjol mengacu pada mutu hasil pembelajaran dalam bidang pengembangan ilmu umum.

Sekiranya dapat difahami karena memang SMA dimanapun berada orientasinya pastilah lebih menonjol pada pelajaran umumnya, sekalipun demikian sekolah tersebut tidak mau adanya dikotomi antara pendidikan agama dengan pendidikan umum, apalagi yang para pengajar disana sangat kental dengan basis religinya sehingga jalan yang ditempuh supaya siswa siswinya mampu daam hal agama, maka di rekrutlah ke pendidikan non formal yaitu diniyah.







3.      Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Ikhsan Desa Sukarara

Madrasah Tsanawiyah Nurul Ikhsan terletak di pinggir jalan dusun Buncalang yang masih dalam tahap melengkapi sarana dan prasarana, baik yang berupa hard ware maupun soft ware.

Para guru di MTs Nurul Ikhsan para gurunya sudah linier dengan adanya kesesuaian dalam membidangi mata pelajaran sesuai dengan bidangnya. Sehingga yang terjadi para peserta didik termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang diajarakan oleh guru tersebut.

Mengenai kalkulasi pelajaran antara bidang agama dengan umum di MTs Nurul Ikhsan yang lebih mendominasi adalah mata pelajaran agama dibandingkan dengan mata pelajaran umum.

Di MTs ini juga tidak mau kalah dengan yang berada di SMA ANGKA SATU yang mampu mengkolaborasikan antara pendidikan umum dengan pendidikan agama, sehingga para siswa diajarkan bagaimana cara agar mampu menggunakan tekhnologi modern dan diadakannya kursus bahasa inggris dan bahasa arab untuk tujuan agar para siswa dan siswi ketika lulus sekolah bisa melanjutkan sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Begitu juga dengan interaksi antara guru dengan siswa sangat akrab, sehingga siswa menyenangi para guru sekaligus menyenangi pelajaran yang diajarkan.

4.      Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nw Nurul Iman Desa Sukarara

Dari keadaan profil MI NW Nurul Iman Diatas Dapat disimpulkan bahwa sekolah tersebut masih dalam proses perlengkapan sarana dan prasarana, sehingga jalan yang mereka lakukan dengan cara menyebarkan proposal bantuan ke setiap instansi kepemerintahan guna menyelesaikan masalah sarana dan prasarana.


C.     Bidang Agama

Dalam bidang agama kami menemui para ustad di dusun Blong Daye bahwa di dusun itu terdapat TPQ yang di asuh oleh ustad Zul Fikar bertempat di masjid dan dilaksanakan setelah shalat ashar dengan fasilitas masih bisa dibilang kurang, baik itu papan tulis dsb. Mengenai pengajian umum hanya dilaksanakan setelah selesai shalat subuh yang dikenal dengan sebutan KULTUM (kuliyah tujuh menit).

Adapun di Dusun Buncalang terdapat diniyah yang mempunyai santri sebanyak 120 orang dan 8 orang pengajarnya, dalam kegiatan diniyah tersebut dilaksanakan setiap hari selesai shalat ashar.

Para santri hanya diajarkan ilmu tajwid, padahal dahulu pernah aktif pengajaran fiqh, akhlak, Nahwu dan Sharaf. Sekaligus belum adanya pengajian berbasis tilawatil qur’an. Didusun inipun diadakan pengajian umum satu kali dalam satu bulan dengan mengundang Tuan Guru dari luar. Begitu juga serakalan dilaksanakan setiap satu kali seminggu.

Kegiatan TPQ juga dilaksanakan di Dusun Ketangge Jontlak yang dipinpin langsung oleh ustad Nasir yang mempunyai murid sebanyak 60 orang dengan sistem khalaqoh dan waktu pelaksanaanya selesai shalat magrib sampai isya’. Namun fasilitas yang dimiliki oleh TPQ maupun Diniyah masih sangat minim, sehingga proses pembelajaran tentunya kurang mumpuni.









                                                           BAGIAN KETIGA
METODOLOGI
A.    Proses Perkenalan dengan Masyarakat

Sebagai penguatan hubungan silaturahmi dengan masyarakat setempat, Perlu adanya interaksi yang mumpuni agar antara kami dengan masyarakat adanya  Proses timbal balik balik positif sebagai langkah awal mengetahui keadaan dan permasalahan yang dihadapi.

Sehingga para peserta PAR mampu memberikan pemecahan masalah, oleh sebab itu kami melakukan perkenanalan dengan cara mendatangi kantor kepala desa dan untuk selanjutnya bersiraturahim ke setiap kepala dusun, para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan juga ke setiap sekolah-sekolah yang ada di masyarakat Desa Sukarar Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

B.     Membangun Komunitas

Adanya komunitas/perkumpulan di Desa Sukarara menjadikan kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatana tersebut dengan tujuan mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan serta melakukan kritis alitis erhadap permasalahan yang dihadapinya sehingga para peserta PAR dapat mendiskusikannya guna mencari akar permasalahannya, lalu kemudian pemecahan problem-problem tersebut.

Proses kami dalam membangun komunitas Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah adalah dengan pemperkenalkan diri sekaligus memberi pemahaman kepada masyarakat tentang tujuan kedatangan kami di desa mereka.

Dengan pengetahuan masyarakat tentang kami, maka masyarakat mau meminta pemecahan masalah yang mereka hadapi.


C.     Membangun Trust (Kepercayan)

Kepercayaan masyarakat terhadap peserta PAR adalah suatu yang sangat penting karena tanpa adanya kepercayaan, maka akan menimbulkan sangkaan yang negatif dengan kedatangannya, malahan masyarakat sering menganggap pendatang sebagai bumerang dimasyaraktnya.

Maka dari itu perlu adanya kepercayaan masyarakat terhadapa kedatangannya
Kami, begitu juga kami mempercayai penerimaan masyarakat. Oleh sebab itu kami membangun kepercayaan kepada masyarakat Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah dengan mendukung kegiatan yang dilaksakan oleh masyarakat tersebut sekaligus mengikuti serta memberikan pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat tersebut.




















BAGIAN KEEMPAT
RENCANA PROGRAM

No
Rencana Program
1
Sebagai tutor dalam pengentasan buta aksara
2
Pengaktifkan kembali organisasi kepemudaan yaitu Karang Taruna
3
Mengajar di SMA ANGKA SATU
4
Sebagai pengajar tambahan di diniyah
5
Melengkapi kebutuhan yang diperlukan di TPQ
6
Menghidupkan qashidah islami
7
BAKSOS ditiap-tiap dusun
8
Pembersihan ditiap-tiap masjid
9
Mengikuti acara serakalan
10
Melengkapi kebutuhan yang diperlukan di Diniyah
11
Sebagai pengajar di TPQ










GAMBARAN KELIMA
GAMBARAN HASIL
A.    Bidang sosial
Dari hasil survey di masyarakat Desa Sukarara, baik dalam bentuk wawancara maupun pengamatan keadaan masyarakat tersebut terdapat beberapa masalah yaitu masih kurnagnya tutor dalam pengentasan buta aksara, sehingga kami berinisiatif untuk membantu sebagai tutor untuk melancarkan program yang diprogramkan oleh PEKKA di desa Buncalang dan juga di dusun lainnya.

Di sisi lain mengenai keadaan pemuda masyarakat desa tersebut masih berifat formalitas, sehingga yang dibutuhkan adalah pengaktifan kembali organisasi kepemudaan yaitu Karang Taruna dan langkah kami selanjutnya dengan cara mengundang beberapa pemuda guna menghidupkan kembali organisasi tersebut. Begitu juga tentang kebersihan di sekitaran masjid dan di halaman tiap-tiap dusun masih kurang, oleh karena itu kami memasukkan dalam program kerja ketika B3KL guna memanifestasi dari kepedulian masyarakat Desa Sukarara.

Hasil program diatas akan terlihat hasilnya ketika kami melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan tersebut yang nantinya mampu dalam memperbaiki dan melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada.

B.     Bidang Pendidikan

Dalam kunjungan kami di sekolah-sekolah Desa Sukarara, kami medapatkan pengakuan dan penjelasan dari kepala sekolah sekaligus pengamatan prosesi pembelajaran bahwa terdapan kurangnya guru yang linier dalam membidangi mata ajarnya sehingga kami disuruh untuk membantu sebagai pengajar dalam bidang keagamaan karena mereka tahu notabene pendidikan kita adalah pendidikan keagamaan islam dan juga membimbing para peserta didik tersebut.

Dalam pemenuhan keinginan sekolah untuk membantu dalam mengajar anak didiknya akan menemukan hasil yang mereka rasakan dengan melihat metode yang kami lakukan dalam mendesain proses pembelajaran dan juga dengan cara mengevalasi hasil dari pengajaran tersebut.

C.     Bidang Agama
Adapun informasi dan masalah yang dialami para ustad adaah kurangnya fasilitas dan variasi dalam proses pendidikan formal yaitu diniyah dan TPQ. Adapun masalah-masalah yang mereka alami adalah kurangnya fasilitas, baik itu papan tulis, spidol dan pengajar tambahan, bahkan dari keterangan para santri bahwa di diniyah tersebut hanya diajarkan ilmu tajwid. Padahal dulunya pernah diajarkan pelajaran fiqh, akidah, nahu, sharaf dan pengajaran kitab kuning.
Sehingga sudah pantaslah kita sebagai pengabdi masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang mereka hadapi dengan cara melengkapi fasilitasnya dan sekaligus memenuhi keinginan santri terhadap pengajaran fiqh, akidah, nahwu, sharaf dan pengajaran kitab kuning. Tambahan program yang kami buat adalah dengan mengadakan pengajaran tilawatil qur’an.
Qasidah Islam juga merasakan permasalahan dalam hal mandeknya grup qasidah tersebut sehingga peralatan asidah yang dulnya pernah aktif hanya diap tanpa digunakan. kami pun berkewajiban untuk menghidupkan kembali qasidah itu dengan cara mengajarkan kepada anak-anak di sana, sebagai langkah awal untuk menghidupkan dan mengembangkan qasidah islam.