BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN
A. Latar Belatar
Pulau Lombok merupakan salah satu pulau
yang memiliki budaya, adat istiadat dan kemasyarakatan yang beragam.
Keberagaman tersebut menjadikan nilai jual yang sangat mahal dikala adanya
oknum-oknum yang ingin merebut budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang
mereka.
Salah satu desa yang termasuk wilayah
lombok adalah Desa Sukarara yang terletak di Kecamatan Jonggat Kabupten Lombok
Tengah Nusa Tenggara Barat. Letak geografis Desa Sukarara ini yaitu Sebelah utara berbatasan dengan
Desa Puyung Nyerot, Sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Batujai, Sebelah timur berbatasan Desa Puyung dan Sebelah barat bebatasan dengan Desa Labulia. Ungga. Mata pencaharian penduduknya mayoritas sebagai petani, namun ada juga
yang sebagai peternak, PNS, pengrajin tenun dan lain sebagainya.
Adapun untuk jarak antara Desa Sukara ke ibu kota kecamatan dengan jarak tempuh 7 km, apabila menempuhnya dengan menggunakan
kendaraan beromotor selama 10 menit perjalanan, sedangkan jarak ke ibu kota
kabupaten yaitu 7 km dan jarak ke ibu kota provinsi kurang lebih 21 km dengan
perjalanan menggunakan kendaraan bermotor selama 30 menit.
Desa Sukarara ini terdapat 10 dusun yang
rata-rata masyarakatnya merupakan asli masyarakat Desa Sukarara tersebut,
sehingga kerjasama antar dusun-dusun sangat erat sekali. Ini terlihat dari
tiap-tiap dusun mempunyai masjid, sekolah masing-masing dan jika kita
menelusuri tiap-tiap dusun akan menemukan para ibu-ibu serta anak-anaknya
sedang menenun, pekerjaan tersebut merupakan peninggalan nenek moyang mereka
untuk melestarikan dan mengembangkan dengan cara mengajarkan kepada
keturunannya sehingga pantas di desa ini dikenal dengan desa pengrajin tenun.
Keadaan penduduk Desa Sukarara yaitu dengan
jumlah penduduk laki-laki 4732
orang, Jumlah
perempuan 4963 orang, Jumlah kepala
keluarga 3083 KK dan Kepadatan
pendudukan 11284
per km. adapun dalam hal data pendidikan masyarakatnya adalah belum
masuk TK sebanyak 119 orang, sudah masuk TK sebanyak 154 orang, sedang sekolah sebanyak 1691 orang, tidak pernah
sekolah sebanyak 1334 orang, pernah SD namun
tidak tamat sebanyak 380 orang, tamat
SD/sederajat sebanyak 1439 orang, Tidak tamat
SLTP sebanyak 353 orang, tidak tamat
SLTA sebanyak 369 orang, tamat SMP sebanyak 506 orang, tamat SLTA sebanyak 125 orang, tamat D-1 sebanyak 24 orang, tamat D-2 24
orang, tamat
D-3 sebanyak 20 orang, tamat S-1 sebanyak 125 orang dan tamat S-2 sebanyak 5 orang.
Dari 10 dusun diatas kami telah mengadakan
survey lokasi hanya 3 dusun saja, yaitu Dusun Buncalang, Dusun Blong Daye dan Dusun Ketangge/
Jontlak.
Di Dusun Buncalang ini terdiri dari 3.35 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan
utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin
tenun, peternak sapi dan peternak ayam.
Di Dusun Belong Daye ini terdiri dari 3.75 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan
utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin
tenun. Adapun mengenai keamanan, cukup aman, namun belum adanya siskamling
untuk mengoprasikan para penjaga keamanan.
Di Dusun Ketangge/Jontlak ini terdiri dari 2.27 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan
utamanya adalah sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin
tenun, peternak sapi kambing dan peternak ayam.
Mengenai Keadaan Desa Sukarara dalam hal sosial terdapat Posyandu PNPM yang berdiri pada tahun 2008 dan sampai saat
ini masih berjalan dengan lancar dengan anggota 50 orang, dalam hal ini Pisyandu
PNPM Menaungi 3 Bidang yaitu : Bidang
hukum, Bidang
Pendidikan dan Bidang Politik. Kesemua
bidang tersebut diajarkan kepada semua anggotanya, dalam
bidang hukum para anggota dibantu dalam hal pembuatan Akte Nikah, Surat Cerai
dll. Dibidang pendidikan, para anggota diajarkan membaca dan menulis, sekaligus
bidang ini sebagai tempat pengajaran buta aksara. Begitu pula dalam bidang
politik, semua anggota diajarkan bagaimana cara memenage dan ikut serta dalam
masyarakat sukarara.
Begitu juga mengenai Organisasi Kepemudaan di Desa Sukarara,
menurut imformasi dari tokoh pemuda, bahwa sudah ada Karang Taruna, namun sejak
Tahun 2004 Organisasi kepemudaan sudah bisa dibilang tidak aktif lagi.
Adapun mengenai pendidikan Desa Sukarara
memiliki 13 pendidikan formal yang berstatus Negri maupun Swasta, bahkan sudah
ada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah.
Dan dari segi keagamaan terdapat sekolah
non formal yang biasa disebut dengan diniyah yang memiliki 8 pengajar dan 120
santri, begitu juga mengena TPQ sudah berjalan lancar dengan dibimbing oleh
seorang ustad di tiap-tiap dusun yang berada disukarara. Kegiatan keagamaannya
pun berjalan lancar seperti serakalan satu kali dalam satu minggu, penajian
umum satu kali dalam satu bulan dan pengajian subuh yang dilaksanakan setiao
selesai shalat subuh.
B.
Tujuan Program
1.
Tujuan Umum
a.
Membentuk sarjana muslim yang berakhlak mulia, berilmu yang cukup
serta mempunyai kesadaran bertanggung jawab atas kesejahteraan umat serta
masyarakat dan masa depan bangsa dan negara.
b.
Mempersiapkan calon sarjana yang lebih menghayati permasalahan yang
dihadapi masyarakat.
c.
Untuk lebih mendekatkan IAIQH Bagu pada masyarakat.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengembangkan pemikiran serta penalaran mahasiswa dalam rangka
menelaah dan memecahkan problem di dalam masyarakat secara lintas sektoral.
b.
Meletakkan agama sebagai penggerak dan pendorong kegiatan
masyarakat sehingga setiap aktivitas merupakan amal ibadah.
C.
Sasaran dan Target PAR
1.
Mahasiswa
a.
Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang cara
berpikir inter displiner.
b.
Kegiatan hasil pendidikannya bagi pembangunan.
c.
Kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam kehidupannya.
d.
Mendewasakan alam pikiran mahasiswa untuk memecahkan setiap
permasalahan yang muncul di masyarakat.
e.
Memberikan bekal kepada mahasiswa untuk melaksanakan
program-program pembangunan.
f.
Membina mahasiswa untuk menjadi seorang pembaharu, pemecah masalah,
dan pembibing keagamaan.
2.
Masyarakat Desa Sukarara
a.
Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran untuk merencanakan serta
melaksanakan pembangunan.
b.
Cara berpikir, bersikap dan bertindak dari masyarakat akan lebih
meningkat.
3.
IAIQH Bagu
a.
Adanya umpan balik sebagai hasil integrasi mahasiswa dan masyarakat
sehingga IAIQH akan lebih mantap dalam pengisian ilmu kepada mahasiswa dan
kurikulumnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
b.
Para dosen memperoleh berbagai kasus yang dapat digunakan sebagai
contoh dalam proses pendidikan.
c.
Mempererat dan menguatkan kerja sama antara IAIQH dengan instansi, jawatan atau departemen lainnya dalam pelaksanaan
pembangunan.
BAGIAN KEDUA
REVIEW LITERATUR
A.
Bidang Sosial
Di Desa Sukarara terdapat 10 dusun, namun yang kami telusuri hanya
3 dusun yaitu :
1.
Dusun Buncalang
Didusun
ini terdiri dari 3.35 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah
sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun, peternak
sapi dan peternak ayam.
2.
Dusun Blong Daye
Didusun
ini terdiri dari 3.75 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah
sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun.
Adapun
mengenai keamanan, cukup aman, namun belum adanya siskamling untuk
mengoprasikan para penjaga keamanan.
3.
Dusun Ketangge/ Jontlak
Didusun
ini terdiri dari 2.27 Kepala Keluarga (KK) yang penghasilan utamanya adalah
sebagai petani, adapun penghasilan sampingan berupa pengrajin tenun, peternak
sapi kambing dan peternak ayam.
Mengenai
Keadaan Desa Sukarara terdapat Posyandu PNPM yang berdiri pada tahun 2008 dan
sampai saat ini masih berjalan dengan lancar dengan anggota 50 orang, dalam hal
ini Posyandu PNPM Menaungi 3 Bidang yaitu :
a.
Bidang hukum
b.
Bidang Pendidikan dan
c.
Bidang Politik
Kesemua
bidang tersebut diajarkan kepada semua anggotanya. Adapun
dalam bidang hukum para anggota dibantu dalam hal pembuatan Akte Nikah, Surat
Cerai dll. Dibidang pendidikan, para anggota diajarkan membaca dan menulis,
sekaligus bidang ini sebagai tempat pengajaran buta aksara. Begitu pula dalam
bidang politik, semua anggota diajarkan bagaimana cara memenage dan ikut serta
dalam masyarakat sukarara.
Begitu
juga mengenai Organisasi Kepemudaan di Desa
Sukarara, menurut imformasi dari tokoh pemuda, bahwa sudah ada Karang Taruna,
namun sejak Tahun 2004 Organisasi kepemudaan sudah bisa dibilang tidak aktif
lagi.
B.
Bidang Pendidikan
Dalam hal pendidikan Desa Sukarara memiliki
13 sekolah yang diantaranya :
1.
Sekolah Tinggi Islam Tarbiyah (STIT) ANGKA SATU
Desa
Sukarare kecamatan jonggat terdapat STIT ANGKA SATU yang bersamaan tempatnya
dengan SMA ANGKA SATU, kami secara tidak langsung disuruh juga mengadakan
penelitian sebagai acuan untuk membantu dalam kegiatan perkuliahan tersebut.
Seperti
kita ketahui STIT merupakan basis perkuliahan guna mencetak sarjana yang
mendalami ajaran agama islam dan sebagai pelajut perjuangan baik di bidang
pengembangan ilmu pengetahuan maupun kemasyarakatan, Nusa dan Bangsa.
Dengan
kedatangan kami di STIT tersebut para pengurus memberikan penghormatan yang
luar biasa, bahkan mereka mengharapkan kami agar besoknya dapat mengisi dalam perkuliahan
tersebut.
2.
SMA ANGKA SATU Desa Sukarara
Para
guru di SMA ANGKA SATU masih kurangnya guru linier dalam mendidik se suai dengan bahan ajarnya. Sehingga yang terjadi para peserta didik kurang mampu menyerap
pelajaran yang diajarakan oleh guru tersebut. Namun walaupun keadaannya seperti itu output lulusan
sekolah tersebut sangat bangus sekali ini terbukti dengan kreatifitas dan
kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Mengenai
kalkulasi pelajaran antara bidang agama dengan umum di SMA ANGKA SATU yang
lebih mendominasi adalah mata pelajaran umum dibandingkan dengan mata pelajaran
agama. Sehingga yang lebih menonjol mengacu pada mutu hasil pembelajaran
dalam bidang pengembangan ilmu umum.
Sekiranya dapat difahami karena memang SMA dimanapun
berada orientasinya pastilah lebih menonjol pada pelajaran umumnya, sekalipun
demikian sekolah tersebut tidak mau adanya dikotomi antara pendidikan agama
dengan pendidikan umum, apalagi yang para pengajar disana sangat kental dengan
basis religinya sehingga jalan yang ditempuh supaya siswa siswinya mampu daam
hal agama, maka di rekrutlah ke pendidikan non formal yaitu diniyah.
3.
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Ikhsan Desa Sukarara
Madrasah
Tsanawiyah Nurul Ikhsan terletak di pinggir jalan dusun Buncalang yang masih
dalam tahap melengkapi sarana dan prasarana, baik yang berupa hard ware maupun
soft ware.
Para
guru di MTs Nurul Ikhsan para gurunya sudah linier dengan
adanya kesesuaian dalam membidangi mata pelajaran sesuai dengan bidangnya.
Sehingga yang terjadi para peserta didik termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran yang diajarakan oleh guru tersebut.
Mengenai
kalkulasi pelajaran antara bidang agama dengan umum di MTs Nurul Ikhsan yang
lebih mendominasi adalah mata pelajaran agama dibandingkan dengan mata
pelajaran umum.
Di MTs ini juga tidak mau kalah dengan yang berada di
SMA ANGKA SATU yang mampu mengkolaborasikan antara pendidikan umum dengan
pendidikan agama, sehingga para siswa diajarkan bagaimana cara agar mampu
menggunakan tekhnologi modern dan diadakannya kursus bahasa inggris dan bahasa
arab untuk tujuan agar para siswa dan siswi ketika lulus sekolah bisa
melanjutkan sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Begitu juga dengan interaksi antara guru dengan siswa sangat akrab,
sehingga siswa menyenangi para guru sekaligus menyenangi pelajaran yang
diajarkan.
4.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nw Nurul Iman Desa Sukarara
Dari
keadaan profil MI NW Nurul Iman Diatas Dapat disimpulkan bahwa sekolah tersebut
masih dalam proses perlengkapan sarana dan prasarana, sehingga jalan yang
mereka lakukan dengan cara menyebarkan proposal bantuan ke setiap instansi
kepemerintahan guna menyelesaikan masalah sarana dan prasarana.
C.
Bidang Agama
Dalam bidang agama kami menemui para ustad di dusun Blong Daye bahwa di dusun itu
terdapat TPQ yang di asuh oleh ustad Zul Fikar bertempat di masjid dan
dilaksanakan setelah shalat ashar dengan fasilitas masih bisa dibilang kurang,
baik itu papan tulis dsb. Mengenai pengajian umum hanya dilaksanakan setelah
selesai shalat subuh yang dikenal dengan sebutan KULTUM (kuliyah tujuh menit).
Adapun
di Dusun Buncalang terdapat diniyah yang
mempunyai santri sebanyak 120 orang dan 8 orang pengajarnya, dalam kegiatan
diniyah tersebut dilaksanakan setiap hari selesai shalat ashar.
Para
santri hanya diajarkan ilmu tajwid, padahal dahulu pernah aktif pengajaran
fiqh, akhlak, Nahwu dan Sharaf. Sekaligus belum adanya pengajian berbasis
tilawatil qur’an. Didusun inipun diadakan pengajian umum satu kali dalam satu
bulan dengan mengundang Tuan Guru dari luar. Begitu juga serakalan dilaksanakan
setiap satu kali seminggu.
Kegiatan
TPQ juga dilaksanakan di Dusun Ketangge Jontlak yang dipinpin langsung oleh ustad
Nasir yang mempunyai murid sebanyak 60 orang dengan sistem khalaqoh dan waktu
pelaksanaanya selesai shalat magrib sampai isya’. Namun fasilitas yang dimiliki
oleh TPQ maupun Diniyah masih sangat minim, sehingga proses pembelajaran
tentunya kurang mumpuni.
BAGIAN
KETIGA
METODOLOGI
A. Proses Perkenalan dengan Masyarakat
Sebagai
penguatan hubungan silaturahmi dengan masyarakat setempat, Perlu adanya
interaksi yang mumpuni agar antara kami dengan masyarakat adanya Proses timbal balik balik positif sebagai
langkah awal mengetahui keadaan dan permasalahan yang dihadapi.
Sehingga
para peserta PAR mampu memberikan pemecahan masalah, oleh sebab itu kami
melakukan perkenanalan dengan cara mendatangi kantor kepala desa dan untuk
selanjutnya bersiraturahim ke setiap kepala dusun, para tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh pemuda dan juga ke setiap sekolah-sekolah yang ada di
masyarakat Desa Sukarar Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
B. Membangun Komunitas
Adanya
komunitas/perkumpulan di Desa Sukarara menjadikan kesempatan untuk ikut serta
dalam kegiatana tersebut dengan tujuan mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan serta melakukan kritis alitis erhadap permasalahan yang dihadapinya
sehingga para peserta PAR dapat mendiskusikannya guna mencari akar
permasalahannya, lalu kemudian pemecahan problem-problem tersebut.
Proses
kami dalam membangun komunitas Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok
Tengah adalah dengan pemperkenalkan diri sekaligus memberi pemahaman kepada
masyarakat tentang tujuan kedatangan kami di desa mereka.
Dengan
pengetahuan masyarakat tentang kami, maka masyarakat mau meminta pemecahan
masalah yang mereka hadapi.
C. Membangun Trust (Kepercayan)
Kepercayaan
masyarakat terhadap peserta PAR adalah suatu yang sangat penting karena tanpa
adanya kepercayaan, maka akan menimbulkan sangkaan yang negatif dengan
kedatangannya, malahan masyarakat sering menganggap pendatang sebagai bumerang
dimasyaraktnya.
Maka
dari itu perlu adanya kepercayaan masyarakat terhadapa kedatangannya
Kami, begitu
juga kami mempercayai penerimaan masyarakat. Oleh sebab itu kami membangun
kepercayaan kepada masyarakat Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok
Tengah dengan mendukung kegiatan yang dilaksakan oleh masyarakat tersebut
sekaligus mengikuti serta memberikan pemecahan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat tersebut.
BAGIAN KEEMPAT
RENCANA PROGRAM
No
|
Rencana Program
|
1
|
Sebagai tutor
dalam pengentasan buta aksara
|
2
|
Pengaktifkan
kembali organisasi kepemudaan yaitu Karang Taruna
|
3
|
Mengajar di SMA ANGKA SATU
|
4
|
Sebagai
pengajar tambahan di diniyah
|
5
|
Melengkapi
kebutuhan yang diperlukan di TPQ
|
6
|
Menghidupkan qashidah
islami
|
7
|
BAKSOS ditiap-tiap
dusun
|
8
|
Pembersihan ditiap-tiap masjid
|
9
|
Mengikuti
acara serakalan
|
10
|
Melengkapi
kebutuhan yang diperlukan di Diniyah
|
11
|
Sebagai pengajar di TPQ
|
GAMBARAN
KELIMA
GAMBARAN
HASIL
A. Bidang sosial
Dari hasil survey di masyarakat Desa
Sukarara, baik dalam bentuk wawancara maupun pengamatan keadaan masyarakat
tersebut terdapat beberapa masalah yaitu masih kurnagnya tutor dalam
pengentasan buta aksara, sehingga kami berinisiatif untuk membantu sebagai
tutor untuk melancarkan program yang diprogramkan oleh PEKKA di desa Buncalang
dan juga di dusun lainnya.
Di sisi lain mengenai keadaan pemuda
masyarakat desa tersebut masih berifat formalitas, sehingga yang dibutuhkan
adalah pengaktifan kembali organisasi
kepemudaan yaitu Karang Taruna dan langkah kami
selanjutnya dengan cara mengundang beberapa pemuda guna menghidupkan kembali organisasi
tersebut. Begitu juga
tentang kebersihan di sekitaran masjid dan di halaman tiap-tiap dusun masih
kurang, oleh karena itu kami memasukkan dalam program kerja ketika B3KL guna
memanifestasi dari kepedulian masyarakat Desa Sukarara.
Hasil program diatas akan terlihat hasilnya
ketika kami melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan tersebut yang nantinya mampu
dalam memperbaiki dan melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada.
B. Bidang Pendidikan
Dalam kunjungan kami di sekolah-sekolah Desa Sukarara,
kami medapatkan pengakuan dan penjelasan dari kepala sekolah sekaligus
pengamatan prosesi pembelajaran bahwa terdapan kurangnya guru yang linier dalam
membidangi mata ajarnya sehingga kami disuruh untuk membantu sebagai pengajar
dalam bidang keagamaan karena mereka tahu notabene pendidikan kita adalah
pendidikan keagamaan islam dan juga membimbing para peserta didik tersebut.
Dalam pemenuhan keinginan sekolah untuk membantu dalam
mengajar anak didiknya akan menemukan hasil yang mereka rasakan dengan melihat
metode yang kami lakukan dalam mendesain proses pembelajaran dan juga dengan
cara mengevalasi hasil dari pengajaran tersebut.
C. Bidang Agama
Adapun informasi dan masalah yang dialami para ustad adaah kurangnya
fasilitas dan variasi dalam proses pendidikan formal yaitu diniyah dan TPQ.
Adapun masalah-masalah yang mereka alami adalah kurangnya fasilitas, baik itu
papan tulis, spidol dan pengajar tambahan, bahkan dari keterangan para santri
bahwa di diniyah tersebut hanya diajarkan ilmu tajwid. Padahal dulunya pernah
diajarkan pelajaran fiqh, akidah, nahu, sharaf dan pengajaran kitab kuning.
Sehingga sudah pantaslah kita sebagai
pengabdi masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang mereka hadapi
dengan cara melengkapi fasilitasnya dan sekaligus memenuhi keinginan santri
terhadap pengajaran fiqh, akidah, nahwu, sharaf dan pengajaran kitab kuning.
Tambahan program yang kami buat adalah dengan mengadakan pengajaran tilawatil
qur’an.
Qasidah Islam juga merasakan permasalahan dalam hal mandeknya grup qasidah tersebut
sehingga peralatan asidah yang dulnya pernah aktif hanya diap tanpa digunakan. kami pun berkewajiban untuk menghidupkan kembali qasidah itu dengan cara
mengajarkan kepada anak-anak di sana, sebagai langkah awal untuk menghidupkan
dan mengembangkan qasidah islam.